
Caption Gambar:
JAKARTATODAYNEWS, JAKARTA - Ray Rangkuti kerap memberikan komentar tajam mengenai berbagai kebijakan dan langkah-langkah strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Seakan di mata Ray Rangkuti, seluruh gagasan dan kebijakan pemerintahan Prabowo selalu salah dan harus di tolak.
Menanggapi itu, Ketua Umum LISAN (Lingkar Nusantara), Hendarsam Marantoko mengatakan Ray Rangkuti hanyalah gelandangan politik.
“ Ray Rangkuti memang subjektif, tidak pernah objektif dan kontekstual dalam memahami sesuatu. Apa yang dilakukan pak Prabowo, pasti selalu salah di mata dia” ujarnya.
Belum lagi, Ray mengomentari penetapan tersangka Sekjend PDI P Hasto Kristiyanto, menurut analisis pengamat politik itu penetapan tersangka Hasto oleh KPK di anggap politis.
Hendarsam mempertanyakan kapasitas Ray Rangkuti yang berkomentar perihal penetapan tersangka Hasto oleh KPK. Ray Rangkuti melemparkan tuduhan dan hujatan kepada KPK.
“ Saya tidak akan ikut campur soal mas Hasto ini tapi langkah KPK dalam menetapkan seseorang sebagai tersangka itu tindakan hukum, dan apa kapasitas Ray Rangkuti memberikan komentar soal itu? Dia bukan ahli hukum. Kalau tidak berkapasitas, apa yang disampaikannya bisa berujung fitnah dan penyesatan publik, Novel Baswedan bahkan sudah menyatakan jika harusnya Hasto ditetapkan sebagai Tersangka dari 2020 tandasnya, lebih kredibel mana Ray Rangkuti dengan Novel Baswedan soal penegakan korupsi?? Silahkan kita nilai sendiri,"ungkapnya.
Selain itu, menurut Hendarsam Ray Rangkuti saat ini sedang bermanuver mencari jalan keberpihakan. Ray Rangkuti tengah dilema karena tidak diterima oleh kubu pemerintah maupun kubu oposisi.
“Saya tahu betul orang seperti ini, patut di duga ini adalah ciri-ciri orang lapar dan “minta diperhatikan. Saya patut menduga juga Dia (Ray Rangkuti) tidak diterima di kubu pemerintah, tidak diterima juga di kubu oposisi. Jadi, dia bimbang, keberpihakannya ke mana? Pada akhirnya dia cari perhatian aja,"tegas Hendarsam.
Hendarsam berharap orang-orang seperti Ray Rangkuti ini bisa benar-benar netral dan objektif. Tidak cari muka dan perhatian dengan selalu menyalahkan kebijakan pemerintahan Prabowo.
“Sosok pengamat, akademisi, aktivis atau oposisi itu diperlukan dalam pemerintahan demokratis. Tetapi kritik yang disampaikan haruslah objektif dan konstruktif. Jangan semua dinilai salah, itu nggak fair dan membodohi publik,"tutupnya.
LEAVE A REPLY